Thursday 27 May 2010

Deteksi Terhadap Anak-Anak Penderita Retardasi Mental Dengan Melakukan Analisa Pada Ekspresi Wajah

Dewasa ini anak-anak penderita retardasi mental mulai dapat dideteksi
semenjak usia 3-4 tahun atau sesudah dilakukan evaluasi dengan test
Kecerdasan Intelektual (IQ). Adapun test IQ yang ada saat ini hanya
diperuntukkan bagi anak yang berusia di atas usia 3 tahun. Sampai
sekarang belum ditemukan metode pengukuran IQ bagi anak-anak berusia di
bawah 3 tahun. Jika anak-anak penderita retardasi mental dapat
dideteksi sebelum berusia 3 tahun, rehabilitasi dapat dilakukan sedini
mungkin sebelum otak berkembang sempurna Sehingga kemungkinan untuk
pulih akan semakin besar dan kemampuan anakpun akan dapat ditingkatkan.
Riset ini bertujuan mendeteksi anak-anak penderita retardasi mental
pada usia 6 hingga 12 bulan dengan menganalisa ekspresi wajah mereka
setelah diperlihatkan foto-foto tertentu. Metode dilakukan dengan
menganalisa pada ekspresi wajah anak-anak, lalu mengkategorikan
anak-anak yang memiliki otak yang dapat bereaksi normal dan anak-anak
yang memiliki masalah dalam menangkap informasi tertentu yang datang ke
otak. Juga dilakukan evaluasi terhadap efektifitas otak anak dengan
menghitung waktu respon yang timbul setelah anak melihat gambar-gambar
foto tertentu. Semakin pendek waktu respon yang timbul semakin cepat
kerja otak dalam mengolah informasi yang masuk. Sebaliknya semakin
panjang waktu respon yang ada terdapat kemungkinan otak mempunyai
masalah dalam mengolah suatu informasi.
Sebagai obyek, 20 orang anak-anak Jepang yang terdiri dari 10 anak-anak
laki-laki dan 10 anak-anak perempuan. Usia berkisar antara 6 bulan
hingga 12 bulan. Gambar Foto Wajah dipilih 12 gambar foto wajah
tertentu yang berukuran 512 x 512 pixel. Ke-12 gambar foto tersebut
terdiri dari 4 foto dari ibu anak (Mother), 4 foto dari wanita yang
tidak dikenal anak (Unknown Woman), dan 4 foto lagi dari gabungan
(Combination) wajah ibu dan wanita yang tidak dikenal anak tersebut.
Kategori ekspresi wajah terdiri dari kategori positif yaitu wajah tanpa
ekspresi (expressionless) dan wajah dengan ekspresi senang (Smile
Face). Adapun kategori negatif adalah wajah dengan ekspresi marah
(Anger Face) dan wajah dengan ekspresi terkejut (Surprise Face). Metode
Percobaan yang dilakukan adalah Pertama, mendudukan obyek pada pangkuan
ibunya yang duduk di depan layar monitor. Kemudian kami tampilkan
gambar feedback dari obyek (feedback image) agar obyek dapat memusatkan
perhatiannya pada layar monitor. Setelah perhatian obyek terpusat pada
layar monitor, kami akan menampilkan foto wajah (Face Picture Image)
selama 3 detik. Setelah foto wajah hilang dari layar monitor kembali
akan tampak gambar feedback dari obyek(Feedback Image). Percobaan ini
diulang selama 24 kali.
Selama percobaan berlangsung obyek terus di rekam dengan menggunakan
kamera video yang mana rekaman ini akan digunakan pada proses analisa.
Pada percobaan ini dilakukan 2 analisa sebagai berikut:
Analisa pada ekspresi wajah berdasarkan pada gerakan dasar otot wajah
(aksi satuan unit) dengan sintesis pada gerakan yang timbul di alis,
mata, pipi dan mulut. Analisa pada perhitungan waktu yang timbul sejak
melihat gambar hingga timbul perubahan ekspresi pada wajah ( waktu
respon).
Dari hasil analisa yang pertama, dapat di dikategorikan dan dipisahkan
anak-anak yang memiliki otak yang dapat bekerja dengan normal dengan
anak-anak yang memiliki masalah dalam mengamati ekspresi wajah
seseorang. Data-data yang ada pada analisa ini menunjukkan bahwa dengan
memperlihatkan gambar foto wajah yang bermacam-macam dan juga yang
memiliki ekspresi wajah yang berlainan ekspresi yang timbul pada wajah
anak juga berlainan. Kemudian dari analisa yang kedua, dapat dievaluasi
efektifitas dari otak dengan melakukan pengukuran pada waktu respon.
Yang mana semakin pendek waktu respon menunjukkan semakin baik otak
bekerja dalam menerima informasi. Adapun panjangnya waktu respon ini
juga dipengaruhi oleh macam gambar foto dan bentuk ekspresi wajah yang
dilihat. Dari hasil risetini disimpulkan bahwa anak-anak mudah
menangkap pesan atau informasi yang tersirat pada wajah dari sumber
yang mereka kenal seperti dari ibu mereka dibandingkan dari sumber yang
asing bagi mereka. Juga disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin dan
umur juga mempengaruhi ekspresi wajah yang muncul dan juga waktu
respon. Berdasarkan hasil riset ini. disarankan agar aksi satuan unit
pada gerakan dasar otot wajahdan waktu respon dapat dipakai sebagai
acuan pengukuran semacam parameter pada test IQ yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual anak. Akhirnya, dengan
menginstal acuan pengukuran pada jaringan komputer diharapkan agar
setiap ibu memiliki kesempatan untuk mengukur tingkat kecerdasan
intelektual dari anak-anak mereka.
http://www.shvoong.com/exact-sciences/biology/1637196-deteksi-terhadap-anak-anak-penderita/

No comments:

Post a Comment